Home » , » Kontribusi Saladin dan Dinasti Kecil Ayyubiyah untuk Islam

Kontribusi Saladin dan Dinasti Kecil Ayyubiyah untuk Islam

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak akan lepas dari yang namanya sejarah. Sejarah dapat menjadi tolak ukur kita untuk bercermin kepada hal-hal dapat kita ambil hikmahnya dari kisah-kisah masa lalu yang terjadi. Begitupun dengan Islam. Rasulullah Saw menganjurkan kita untuk selalu mempelajari ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu agar kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah orang terdahulu.
Makalah ini akan membahas sebuah sejarah dimana Islam ditegakkan dan diperjuangkan bersama demi terciptanya Daulah Islamiyah yang sejati. Penulis menyajikan rentetan kejadian yang terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang dipelopori dan dimulai dari perjuangan seorang panglima yang gagah berani bernama Salahuddin Al-Ayyubi atau orang barat kenal dengan Saladin.
Dinasti Ayyubiyah ini berdiri di puing-puing bekas kerajaan Syi’ah Fatimiyyah di Mesir sejak tahun 567 – 648 H / 1171 – 1250 M. Perkembangan Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin sendiri. Shalahudin mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah. Pertama, sebagai seorang negarawan yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah. Kedua, sebagai panglima perang salib yang telah berhasil mengalahkan tentara salib. 
1.2 Rumusan Masalah
1) Siapa Salahuddin Al-Ayyubi?
2) Bagaimana pengaruh Dinasti Ayyubiyah untuk kemajuan peradaban Islam?
3) Mengapa Dinasti Ayyubiyah mengalami kemunduran hingga akhirnya kehancuran?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar penulis dan pembaca mampu mengetahui sejarah peradaban Islam pada masa Dinasti Ayyubiyah serta memotivasi untuk mengambil ibrah/pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Dinasti Ayyubiyah untuk bisa diambil hikmah dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari demi terciptanya masa depan yang lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Salahuddin Al-Ayyubi sang Pendiri
Salahuddin Al-Ayyubi atau lebih dikenal oleh dunia barat dengan sebutan “Saladin”, merupakan seorang pejuang Islam yang tersohor yang lahir pada tahun 532 H atau 1138 M di Tikrit, bagian Tebing Barat Sungai Tigris, terletak antara Mousul dan Baghdad.
Beliau adalah panglima perang yang sangat disegani diantara kawan maupun lawan dari kepiawaian berperang serta keshalihannya yang tak memandang kawan ataupun lawan.
Sebelum mengenal lebih jauh mengenai beliau, maka alangkah baiknya kita simak cerita-cerita dramatis yang terjadi pada dunia peradaban Islam menjelan kelahiran sang “Pahlawan Islam” ini.
A. Biografi Salahuddin Al-Ayyubi (Saladin)
Sejak runtuhnya kekhalifahan Umayyah di tahun 132 H lahirlah kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di kota Baghdad, Irak. Kekhalifahan Abbasiyah dari Keturunan Abbas bin Abdul Muthalib ini sempat memakmurkan Islam dan wilayan negeri-negeri Islam selama hamper 6 abad dan menjadi kiblat ilmu pengetahuan di dunia.
Namun sejarah kembali terulang. Pada tahun 489 H kondisi kekhalifahan Abbasiyah melemah. Akibatnya wilayah kekhalifahan Islam terpecah belah dan masing-masing mendirikan kerajaan-kerajaan kecil. Sejarah mencatat masa ini yang disebut sebagai Masa Muluk Tawa’if. 
Kota Suci Al-Quds direbut pasukan Salib, dan satu persatu negeri-neger Islam tunduk pada pasukan Salib. Sementara kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di seluruh wilayah Islam saling berebut kekuasaan. Kekhalifahan Islam jauh dari harapan.
Dalam situasi sulit yang dialami kaum muslimin di dunia, lahirlah sosok yang kelak menjadi tumpuan bagi kaum muslimin. Dialah Salahuddin Al-Ayyubi.
Lahir di tahun 532 H saat ayahnya Najmuddin Ayyub yang merupakan pemimpin wilayah Tikrit di Irak sedang menghadapi masalah pelik dengan Baghdad sehingga memaksa keluarga Salahuddin hijrah ke Mousul, Irak dan berlindung pada raja Imaduddin Zangi. Ditempatnya yang baru inilah Salahuddin mendapat pendidikannya. 
Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah Balbek, Lebanon tahun 543 H / 1139 M Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan menjadi pembantu dekat Raja Suriah Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor). 
Berikut biografi ringkas dari Salahuddin Al-Ayyubi
Nama Lengkap : Salahuddin Yusuf bin Ayyub.
Lahir : 532 H atau 1138 M, di Tikrit, Iraq. (bangsa Kurdi)
Wafat : 4 Maret 1193 di Damaskus, Syiria.
Dimakamkan : Mesjid Umayyah, Damaskus, Syiria.
Ayah : Najmuddin Ayyub.
Paman : Asaduddin Syirkuh.
Jabatan : Berikut jabatan Salahuddin Al-Ayyubi yang penulis dapatkan dari beberapa sumber :
- Wakil Komandan Militer Syiria (1169 M).
- Wazir atau Konselor (1169 M)
- Memimpin Mesir menggantikan Khalifah Al-Adid (1171 M).
- Menjadi penguasa Syiria setelah wafatnya Nuruddin (1174 M).
- Khalifah Dinasti Ayyubiyah sampai 1193 M.
B. Perjalanan Salahuddin Al-Ayyubi ke Mesir dan Berakhirnya Dinasti Fatimiyyah
Orang-orang Kristen pada awal-awal tahun perang Salib mampu menaklukkan banyak daerah yang didiami oleh masyarakat Muslim dan penaklukan ini telah banyak memompa semangat mereka sehingga tertanam keinginan untuk menaklukkan Kairo, ibu kota pemerintahan Bani Fatimiyyah.
Pasukan besar orang-orang Kristen bergerak ke arah kota Kairo dan merebut, merampas dan membunuh orang-orang yang tinggal daerah-daerah yang terdapat dalam lintasan perjalanan menuju Kairo di antaranya kota besar Belbeis (Mesir). Pada akhirnya mereka sampai di Kairo dan mengepung kota Kairo. Namun warga kota Kairo yang merasa takut jangan-jangan Faranggi memperlakukan orang-orang di Kairo sebagaimana apa mereka lakukan di Bilibis bangkit mengusung perlawanan membela kota mereka.
Al-'Adhid yang merupakan Khalifah Bani Fatimiyyah memerintah di tempat itu meminta bantuan dari pemerintahan Bani Abbasiyah. Ia meminta kepada pemerintahan Abbasiyah untuk mengirim bala tentara untuk berperang dengan pasukan orang-orang Kristen. Al-'Adhid mengetahui dengan baik bahwa tanpa bantuan, ia tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi orang-orang Barat. Karena itu ia memutuskan supaya Asaduddin Syirkuh panglima besar dan paman Salahuddin untuk memimpin pasukannya menuju Kairo. 
Saat itulah Assadudduddin bersama Salahuddin dan ayahnya Najmuddin Ayyub bergerak bersama bala tentaranya. Sesuai Permintaan Al-‘Adhid, Assaduddin mampu memasuki Kairo dan mengalahkan Perdana Menteri Khalifah, Syawar dibantu oleh para jenderalnya.
Dengan kematian Syawar, Asaduddin telah menjadi orang yang sangat penting di Kairo. Praktis, dengan pengaruh ini, Al-'Adhid hanya mengemban nama sebagai khalifah saja. Namun setelah menaklukkan Kairo, Asaduddin tidak berumur panjang dan ia meninggal dunia dua bulan setelah itu. 
Setelah Assaduddin wafat, ditunjuklah Salahuddin Al-Ayyubi sebagai penggatinya dan mulai dari sinilah pemerintahan Salahuddin dimulai. Setelah beberapa waktu Salahuddin naik tahta, otomatis nama Al-‘Adhid sebagai Khalifah mulai terasing, seolah tidak memiliki peran samasekali. Al-‘Adhid jatuh sakit dan ditarik dari pemerintahan.
C. Salahuddin Al-Ayyubi dalam Perang Salib dan Perebutan Kota Suci Yerussalem
Saat Salahudin berkuasa, perang salib sedang berjalan dalam fase kedua dengan dikuasainya Yerussalem oleh pasukan Salib. Namun pasukan Salib tidak mampu menaklukan Damaskus dan Kairo. Saat itu terjadi gencatan senjata antara Salahudin dengan Raja Yerussalem dari pasukan Salib, Guy de Lusignan.
Perang salib yang disebut-sebut sebagai fase ketiga dipicu oleh penyerangan pasukan Salib terhadap rombongan peziarah muslim dari Damaskus. Penyerangan ini dipimpin oleh Reginald de Chattilon penguasa kastil di Kerak yang merupakan bagian dari Kerajaan Yerussalem. Seluruh rombongan kafilah ini dibantai termasuk saudara perempuan Salahudin. Insiden ini menghancurkan kesepakatan gencatan senjata antara Damaskus dan Yerussalem. Maret 1187 setelah bulan suci Ramadhan, Salahudin menyerukan Jihad Qittal. Pasukan muslimin bergerak menaklukan benteng-benteng pasukan Salib. Puncak kegemilangan Salahudin terjadi di Perang Hattin. 
Peperangan ini dipimpin sendiri oleh Salahuddin al-Ayubi hingga membuka jalan mudah untuk menawan kembali Baitulmaqdis.Pada tahun 588 Hijrah (1192 Masihi) berlaku Perang Salib ketiga, hasil dendam dan kekecewaan golongan pembesar Kristian. Mereka berusaha merampas semula Baitulmaqdis daripada orang Islam. Walaupun perang Salib yang ketiga itu menggabungkan seluruh kekuatan negara Kristian, mereka tidak mampu menggugat kekuatan tentera Salahuddin al-Ayyubi. 
Perang Hattin terjadi di bulan Juli yang kering. Pasukan muslim dengan jumlah 25000 orang mengepung tentara salib didaerah Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan muslim terdiri atas 12000 orang pasukan berkuda (kavaleri) sisanya adalah pasukan jalan kaki (infanteri). Kavaleri pasukan muslim menunggangi kuda yaman yang gesit dengan pakaian dari katun ringan (kazaghand) untuk meminimalisir panas terik di padang pasir. Mereka terorganisir dengan baik, berkomunikasi dengan bahasa arab. Pasukan dibagi menjadi beberapa skuadron kecil dengan menggunakan taktik hit and run.
Pasukan salib terdiri atas tiga bagian. Bagian depan pasukan adalah pasukan Hospitaler, bagian tengah adalah batalyon kerajaan yang dipimpin Guy de Lusignan yang juga membawa Salib besar sebagai lambang kerajaan. Bagian belakang adalah pasukan ordo Knight Templar yang dipimpin Balian dari Ibelin. Bahasa yang mereka gunakan bercampur antara bahasa Inggris, Perancis dan beberapa bahasa eropa lainnya. Seperti umumnya tentara Eropa mereka menggunakan baju zirah dari besi yang berat, yang sebetulnya tidak cocok digunakan di perang padang pasir.Salahudin  memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya pasukan muslimin membakar rumput kering disekeliling pasukan Salib yang sudah sangat kepanasan dan kehausan. Besok paginya Salahudin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavalerinya untuk membabat habis kuda tunggangan musuh. Tanpa kuda dan payah kepanasan, pasukan salib menjadi jauh berkurang kekuatannya. Saat peperangan berlangsung dengan kondisi suhu yang panas hampir semua pasukan salib tewas. Raja Yerussalem Guy de Lusignan berhasil ditawan sedangkan Reginald de Chattilon yang pernah membantai khalifah kaum muslimin langsung dipancung. Kepada Raja Guy, Salahudin memperlakukan dengan baik dan dibebaskan dengan tebusan beberapa tahun kemudian.
Dari Hattin, Salahudin bergerak menuju kota-kota Acre, Beirut dan Sidon untuk dibebaskan. Selanjutnya Salahudin bergerak menuju Yerussalem. Dalam pembebasan kota-kota ataupun benteng Salahudin selalu mengutamakan jalur diplomasi dan penyerahan daripada langsung melakukan penyerbuan militer. Pasukan Salahudin mengepung Kota Yerussalem , pasukan salib di Yerussalem dipimpin oleh Balian dari Obelin. Empat hari kemudian Salahudin menerima penawaran menyerah dari Balian. Yerussalem diserahkan ketangan kaum muslimin. Salahuddin menjamin kebebasan dan keamanan kaum Kristen dan Yahudi. Fragmen ini di abadikan  dalam film “Kingdom Of Heaven” besutan sutradara Ridley Scott. Tanggal 27 Rajab 583 Hijriyah atau bertepatan dengan Isra Mi’raj Rasulullah SAW, Salahudin memasuki kota Yerussalem.
Di Yerussalem, Salahudin kembali menampilkan kebijakan dan sikap yang adil sebagai pemimpin yang shalih. Mesjid Al-Aqsa dan Mesjid Umar bin Khattab dibersihkan tetapi untuk Gereja Makam Suci tetap dibuka serta umat Kristiani diberikan kebebasan untuk beribadah didalamnya. Salahudin berkata :” Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain”. Sangat kontras dengan yang dilakukan para pasukan Salib di awal penaklukan kota Yerussalem (awal perang salib), sejarah mencatat kota Yerussalem digenangi darah dan mayat dari penduduk muslimin yang dibantai. Sikap Salahudin yang pemaaf dan murah hati disertai ketegasan adalah contoh kebaikan bagi seluruh alam yang diperintahkan ajaran Islam.
Salahudin Al-Ayubi tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di mesjid kecil bernama Al-Khanagah di Dolorossa. Ruangan yang dimilikinya luasnya hanya bisa menampung kurang dari 6 orang.Walaupun  sebagai raja besar dan pemenang perang, Salahudin sangat menjunjung tinggi kesederhanaan dan menjauhi kemewahan serta korupsi.
Salahudin berhasil mempertahankan Yerussalem dari serangan musuh besarnya Richard The Lion Heart, Raja Inggris. Richard menyerang dan mengepung Yerussalem Desember 1191 dan Juli 1192. Namun penyerangan-penyerangannya dapat digagalkan oleh Salahudin. Kepada musuhnya pun Salahudin berlaku penuh murah hati. Saat Richard sakit dan terluka, Salahudin menghentikan pertempuran serta mengirimkan hadiah serta tim pengobatan kepada Richard. Richard pun kembali ke Inggris tanpa berhasil mengalahkan Salahudin.
Sepanjang sejarah Yerussalem sebagai kota suci bagi tiga agama, sejak ditaklukan Salahudin, Yerussalem belum pernah jatuh ketangan pihak lain. Baru setelah Perang Dunia I, Yerussalem jatuh ketangan Inggris yang kemudian diserahkan ke tangan Israel. 
D. Akhir Hayat Salahuddin Al-Ayyubi
Sepenggal kisah yang menggugah semangat telah kita dengar. Salahuddin Al-Ayyubi, salah seorang pahlawan Islam terbaik, sang pembebas Kota Suci Al-Quds Yerussalem. Seorang Sultan yang bahkan hartanya tidak cukup kepada nisab untuk dizakati.
Beliau mempersembahkan keseluruhan hidupnya untuk jihad di jalan Allah. Semasa berjihad Salahuddin al-Ayyubi selalu membawa sebuah peti tertutup yang amat dijaganya. Orang terdekat menyangka terdapat berbagai batu permata dan benda berharga tersembunyi di dalamnya. Tetapi selepas wafatnya apabila peti dibuka maka yang ditemui hanyalah sehelai surat wasiat dan kain kafan yang dibeli dari titik peluhnya sendiri dan sedikit tanah.
Apabila surat itu dibuka tertulis ” Kafankanlah aku dengan kain kafan yang pernah dibasahi air zam-zam ini, yang pernah mengunjungi ka’bah yang mulia dan makam Rasulullah s.a.w. Tanah ini ialah sisa-sisa masa perang, buatkanlah darinya ketulan untuk alas kepalaku di dalam kubur”
Dari tanah tersebut dapat dibuat 12 ketulan tanah yang hari ini terletak di bawah kepala Salahuddin al-Ayyubi. Setiap kali Salahuddin al-Ayyubi kembali dari berperang yang dimasuki bertujuan berjihad kepada Allah, beliau akan berusaha mengumpulkan tanah-tanah yang melekat pada muka dan pakaiannya dan meletakkannya di dalam peti rahsia itu. Beliau telah berjaya mengumpulkan tanah yang boleh dibuat 12 ketulan, kiralah berapa banyak pertempuran yang dihadapinya kerana berjihad bagi menegakkan kalimah Allah.
Ketika hayatnya, beliau lebih banyak berada di khemah perang daripada duduk di istana bersama keluarga. Siapa saja yang menggalakkannya berjihad akan mendapat kepercayaannya. Apabila hendak memulakan jihad melawan tentera salib, beliau akan menumpukan seluruh perhatiannya kepada persiapan perang dan menaikkan semangat tentera.
Di medan perang, beliau bagaikan seorang ibu garang kehilangan anak tunggal. Beliau bergerak dari satu hujung medan peperangan ke hujung yang lain untuk mengingatkan tenteranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah.
Beliau juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata yang berlinangan mengajak manusia supaya bangkit membela Islam. Beliau meninggal dunia pada 27 Safar 589 Hijrah (1193 Masihi) pada usia 55 tahun di Damsyik, Syria slepas memerintah selama 25 tahun. Beliau sakit selama 14 hari sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Pernah satu ketika, Salahuddin Al-Ayyubi menyuruh wazirnya balutkan tubuh dia dengan kain kafan tapi Salahuddin Al-Ayyubi pesan supaya tangannya dibiarkan terbuka. Wazirnya menjawab “Aku tidak sanggup melakukannya”. Kata Salahuddin Al-Ayyubi, “Kalau begitu, engkau lakukannya di saat aku mati nanti. Sampai waktunya yang telah ditetapkan, Salahuddin menghembuskan nafas yang terakhir. Wazirnya melaksanakan pesan Salahuddin Al-Ayyubi. Seluruh tubuhnya dibalut dengan kain kafan kecuali tangannya dibiarkan terbuka. Semasa jenazah diusung, ramai la yang melihat tangan Salahuddin Al-Ayyubi tak berbalut. Mereka bertanya kepada wazir Salahuddin Al-Ayyubi “Kenapa engkau biarkan tangannya dibiarkan terbuka?” Jawab wazir tersebut, “Baru kini aku mengerti. Salahuddin Al-Ayyubi ingin menunjukkan bahawa tiada ada apa yang akan dibawa ketika mati nanti.” 
Beliau wafat tak meninggalkan harta apa-apa kecuali  1 dinar dan 47 dirham, beberapa jubah perang, dan seekor kuda, padahal dia adalah raja Mesir, Siria, Lebanon, dan Yaman. Bahkan untuk pemakaman saja dibiayai oleh keluarganya yang bahkan terpaksa meminjam uang untuk menanggung belanja pengkebumian.
E. Pelajaran dari Kehidupan Salahuddin Al-Ayyubi
Seperti apa yang dipaparkan sebelumnya, kita ketahui bahwa Salahuddin Al-Ayyubi adalah seorang sultan yang penuh dengan sifat penyayang dan belas kasih, bersahaja dan sholeh. Beliau adalah orang yang senantiasa rela berkorban demi kepentingan orang banyak. Bahkan hingga akhir hayatnya pun beliau tidak memiliki apa-apa selain 1 dinar dan 47 dirham, beberapa jubah perang, dan seekor kuda yang tidak cukup untuk membiayai pemakamannya. Tidak ada harta beliau yang mencapai batas nisab untuk dizakati karena harta beliau habis dipakai untuk menegakkan Agama Islam.
Ahli sejarah Kristian Lane-Pole menulis bahawa Salahuddin menunjukkan ketinggian akhlaknya ketika orang Kristian menyerah kalah. Tenteranya sangat bertanggungjawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan sehingga tidak ada kedengaran orang Kristian dianiaya. Setiap orang lelaki Kristian hendaklah menebuskan dirinya dengan 3 wang dinar, manakala kaum perempuan 2 dinar dan kanak-kanak 1 dinar. Bagi yang tidak berkemampuan, beliau sendiri akan membiayainya. Salahuddin menghantarkan pasukan tentera bagi mengiringi orang-orang Kristian sehingga ke Pelabuhan Beirut. 
Pelajaran lain yang dapat diambil dari Salahuddin Al-Ayyubi adalah kehebatannya mengubah faham Syi’ah di Mesir menjadi faham Sunni yang menjadi langkah awal menggalang persatuan ummat. Beliau mampu mengubah Universitas Al-Azhar, universitas Islam terbesar pada saat itu dari faham Syi’ah ke faham Sunni dan menciptakan sarjana-sarjana yang kompeten dalam bidang ilmu pengetahuan maupun ilmu keagamaan.
Salahuddin Al-Ayyubi juga seorang yang cerdik dalam strategi perang. Beliaulah sultan yang berhasil membebaskan Kota Suci Al-Quds Yerussalem dari tangan Pasukan Salib yang sebelumnya berhasil direbut dari tangan orang-orang kafir oleh Khalifah Umar ibn Khattab yang jatuh kembali ke tangan Pasukan Salib. Inilah kemenangan terbesar ummat Islam pada saat itu yang sangat patut dibanggakan. Beliau mampu mengubah Yerussalem menjadi kota baru yang penuh dengan toleransi dan kasih sayang, tak hanya orang-orang Islam, bahkan orang-orang Yahudi dan Nasrani diberikan jaminan keamanan dan kehidupan yang tentram di Al-Quds bahkan diizinkan untuk berziarah.
Inilah catatan sejarah emas yang ditorehkan Salahuddin Al-Ayyubi. Pribadi luhur dan sederhana seperti inilah yang dicatat sejarah mampu membebaskan Al-Quds dari penguasa Tiran. Sosok sederhana seperti itu pula yang melekat pada diri Umar ibn Khattab sehingga mampu menaklukan Kota Suci. Maka dunia Islam masih menunggu sosok-sosok seperti mereka untuk kembali membebaskan Al-Quds dari penguasa Tiran. 
Semoga Allah meridhai, merahmati, dan membalas jasa-jasa engkau wahai pahlawan Islam, sang pembebas Yerussalem, tokoh panutan dan suri tauladan bagi para penegak agama Allah. Aamiin.
2.2 Para Penguasa Dinasti Ayyubiyah
Setelah mengetahui biografi Salahuddin Al-Ayyubi sebagai pendiri Dinasti Ayyubiyah, pembahasan akan dilanjukan kepada sejarah peradaban Dinasti Ayyubiyah dimulai dari para penguasa Dinasti Ayyubiyah.
Dinati Ayyubiyah berkuasa selama 79 tahun (1171-1250 M) dipimpin oleh 9 orang Amir. Secara periodik Amir tersebut adalah :
1. Al-Malik An-Nashir I Salahuddin (Saladin) (564-589 H/1169-1193 M),
2. Al-Malik Al-‘Aziz ‘Imaduddin (589-595 H/1193-1198 M),
3. Al-Malik Al-Mansur Nasiruddin (595-596 H/1198-1200 M),
4. Al-Malik Al-‘Adil I Saifuddin (596-615 H/1200-1218 M),
5. Al-Malik Al-Kamil I Nashiruddin (615-635 H/1218-1238 M),
6. Al-Malik Al-‘Adil II Saifuddin (635-637 H/1238-1240 M),
7. Al-Malik Ash-Shalih Najmuddin Ayyub (637-647 H/1240-1249 M),
8. Al-Malik Al-Mu’azhaham Turan-Syah (647-648 H/1249-1250 M),
9. Al-Malik Al-Asyraf II Muzhaffaruddin (684-650 H/1250-1252 M). 

2.3 Peradaban Islam pada Masa Dinasti Ayyubiyah
Setelah kita mengetahui sejarah berdiri dan siapa saja Amir yang memerintah Dinasti Ayyubiyah, penulis akan membahas tentang peradaban Islam yang terjadi pada Masa Dinasti Ayyubiyah. Namun dalam makalah ini hanya akan dibahas beberapa Amir (Penguasa) yang paling berpengaruh dan berkontribusi dalam perkembangan peradaban Islam
A. Pengaruh Salahuddin Al-Ayyubi
Di masa pemerintahan Salahuddin, ia membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian yang berkerja sama dengan penguasa muslim di kawasan lain. Ia juga membangun benteng kota sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Mukattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan Barbar, Turki dan Afrika. Disamping digalakan perdagangan dengan kota-kota di laut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif guna merebut Al-Quds (Yerusalem) dari tangan tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di Hittin, dan menguasai Yerusalem pada tahun 1187 M. Inipun tetap tidak merubah kedudukan Salahuddin, sampai akhirnya Richard membuat perjanjian genjetan senjata yang di manfaatkannya untuk menguasai kota Acre (Bosworth, 1980 : 86-87).
Saladin merupakan pemimpin bangsa Arab yang tidak tertandingi negara-negara yang terbentang dari pegunungan Kurdistan sampai ke padang pasir Libiyan. Raja Georgia, Armenia, Sultan Koniya, dan kaisar Constantinipel menuntut penggabungan. Peperangan-peperangan panjang dan ketaatannya yang longgar terhadap kepercayaannya sangat berpengaruh dalam kesehatannya, pada tahun 1199 M dia meninggal dunia di Damaskus, kira-kira 6 bulan setelah perdamaian Ramleh (Badri Yatim, 2007 : 288). 
Salahuddin Al-Ayyubi juga adalah orang yang berhasil mengubah Mesir yang awalnya berfaham Syi’ah Ismailiyyah karena pengaruh Dinasti Fatimiyyah ke faham Sunni. Madzhab-madzhab Sunni terus berkembang di Mesir hingga akhirnya ilmu-ilmu Sunni berkembang dan banyak diterapkan untuk membantu pengelolaan politik dan pendidikan, salahsatunya adalah Universitas Al-Azhar. Beliau berjasa dalam pembuatan madrasah-madrasah yang membantu menyebarkan ajaran Sunni ke seluruh masyarakat sehingga masyarakat lebih cepat mengenal faham Sunni ini.
Selain itu, di masa pemerintahan Shalahudin, ia juga membina kekuatan militer yang tangguh dan perekonomian yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di kawasan lain. Ia juga mambangun tembok kota sebagai benteng pertahanan di Kairo dan bukit Muqattam.
Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan barbar, Turqi dan Afrika. Disamping digalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif guna merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan tentara Salib yang dipimpin oleh Guy de Lusignan di Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun tetap tak merubah kedudukan Shalahudin, sampai akhirnya raja inggris Richard membuat perjanjian genjatan senjata yang dimanfaatkannya untuk menguasai kota Acre.Sampai ia meninggal (1193 M) , Shalahudin mewariskan pemerintahan yang stabil dan kokoh, kepada keturunan-keturunannya dan saudaranya yang memerintah diberbagai kota. Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil (saudaranya), dan keponakannya al-Kamil, mereka berhasil menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan memusatkan pemerintahan mereka di Mesir.Selain hal di atas, aroma-aroma politik yang di jalankan pada masa Dinasti Ayyubiyah sampai juga di salah satu mesjid sekaligus madrasah ternama yakni al-Azhar. Disana disebarkan paham-paham Sunni yang semakin lama semakin menjamur. 
B. Pengaruh Tokoh dan Pemimpin Lain
Adapun pemimpin dan tokoh lain yang berpengaruh dalam perkembangan peradaban pada masa Dinasti Ayyubiyah ini adalah :
1. ‘Al-Adil
Al-Adil adalah saudra dari Salahuddin yang menjadi pemimpin Dinasti Ayyubiyah menggantikan Salahuddin. Setelah Salahuddin meninggal, kekuasaan dibagikan kepada keluarga Salahuddin, termasuk Al-‘Adil. ‘Adil adalah sosok yang dianggap benar-benar mampu menggantikan kepemimpinan Salahuddin Al-Ayyubi.
Antara tahun 1196 dan 1199, al-‘Adil berhasil menguasai beberapa daerah lainnya, sehingga ia menjadi penguasa tunggal untuk Mesir dan sebagian besar Suriah. Al-‘Adil yeng bergelar Saifuddin itu mengutamakan politik perdamaian dan memajukan perdagangan dengan koloni Perancis. 
‘Adil berhasil mengkonsolidasikan Negara besar yang diwariskan Salahuddin padanya. Beliau menjadi penerus perjuangan kakaknya Salahuddin Al-Ayyubi memperjuangkan agama Allah dan Rasul-Nya melalui kerja kerasnya memimpin dan mempertahankan Dinasti Ayyubiyah dari serangan dan ancaman musuh yang berniat merebut kedamaian di wilayah-wilayah bagian Dinasti Ayyubiyah.
2. Al-Kamil
Setelah meninggalnya Sultan Al-‘Adil, pemerintahan digantikan oleh anaknya Al-Kamil. Al-Kamil memiliki sifat-sifat yang mirip dengan ayahnya. Dia adalah seorang perajurit pemberani dan gagah perkasa juga diplomat berbakat. Tindakan pertama yang diambil oleh Al-Kamil saat pemerintahannya adalah merebut kembali Daimeta dari orang-orang salib. Daimeta pun dapat di rebut dengan hasil perjanjian selama 8 tahun dengan orang-orang salib harus pergi dari daerah Mesir.
Di bawah pemerintahan Kamil Mesir mengalami kemajuan pesat. Dia mengembangkan sistem irigasi, memperluas terusan-terusan dan mendirikan tanggul-tanggul untuk meyakinkan keselamatan para pelancong. Dia mendirikan benteng di Kairo dan lembaga-lembaga pendidikan seperti Darul Hadits atau sekolah tinggi Kamiliyah (Kamiliyah college). Ibnu Khlallikan menggambarkan tentang dia, ”Al Kamil mencintai ilmu pengetahuan masyarakat sarjana, dia adalah seorang muslim bijaksana, soleh dan merupakan pelindung besar bagi para sarjana”(Badri Yatim, 2007 : 292). 
Al-kamil melanjutkan perang melawan tentara salib. Akan tetapi, antara al-kamil  dengan saudaranya Al-mulk al-mu’azham (gubernur damaskus)terjadi konflik. Al-kamil merasa bahwa al-mu’azham akan menyingkirkannya. Oleh karena itu, al-kamil mengirim duta kepada Frederick barbarossa dengan menawarkan kerjasama dan jerussalem diijadikan sebagai imbalan atas bantuan frderick. Pada tahun 1229, disebut perjanjian antara al-kamil dengan Frederick. Isi perjanjian tersebut adalah :
1) Jerussalen dengan Bethlehem, Nazaret, dan rute haji ke Jaffa dan Acre akan menjadi kekuasaan absolute Kaisar, dengan pengecualian bahwa area Masjid Umar di jerussalem tetap menjadi milik terbatas bagi umat islam.
2) Tawanan-tawanan Kristen dibebaskan.
3) Kaisar harus melindungi sultan dari serangan-serangan musuh.
4) Perjanjian ini berlaku selama dua tahun. 
3. Al-‘Adil II
Kamil yang meninggal dunia pada tahun 635 H/1238 M digantikan oleh anaknya bernama Abu Bakar yang diberi gelar Al-‘Adil II yang masa pemerintahannya berlangsung selama tiga tahun karena digulingkan oleh saudaranya sendiri Salih Ayyub yang bekerja sama bersama budak-budak Al-‘Adil II yang tidak menyetujui diangkatnya Al-‘Adil II sebagai pemimpin hingga akhirnya berhasil menobatkan Salih Ayyub menjadi Sultan Mesir pada tahun 637 H/1240 M.
C. Perkembangan dan Hasil Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Ayyubiyah
Shalahudin panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib itu tak hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu mempesona. Ia adalah pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula perkembangan wakaf sangat menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H, dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab Sunni, Salahuddin Al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandar itu membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang, namun lazimnya bea cukai dibayar dengan menggunakan uang. Uang hasil pembayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqaha’ dan para keturunannya.
Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah :
1. Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja. Shalahuddin juga membangun benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan salib akan terus menghantui, maka tugas utama dia adalah mengamankan Kairo dan sekitarnya (Fustat). Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo dan Fustat masing-masing membutuhkan benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki ide brilian, bahwa dia akan membangun benteng strategis yang melindungi secara total kotanya. Selanjutnya, dia memerintahkan untuk membangun benteng kokoh dan besar diatas bukit Muqattam yang melindungi dua kota sekaligus Kairo dan Fustat.
Proyek besar Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin Qaraqush. Shalahuddin juga membangun dinding yang memagari Kairo sebagai kota residen bani Fatimiyyah, sekaligus juga memagari benteng kebesarannya serta Qata’i-al Fustat yang saat itu merupakan pusat ekonomi Kairo terbesar. Selain itu, juga berdiri masjid agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak dinasti Umayyah pada 717 M, masjid agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia muslim. Di masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Bentuk dan konstruksi masjid agung Damaskus dari dulu hingga kini masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan oleh serangan Bizantium dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan bani umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia islam, karena mewarisi sentuhan beragam dinasti islam yang pernah Berjaya. 
2. Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
3. Bidang Industri
Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas. 
4. Bidang Ekonomi dan Perdagangan
Dalam hal perekonomian dinasti bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan menyempurnakan sistim perpajakan. Pada bidang perdagangan, dinasti ini membawa pengaruh bagi eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Dieropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan perdangan sudah mengguakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit (lc), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas. Selain itu juga dimulai percetakan mata uang dirham campuran (fulus). Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan sultan muhammad al kamil ibn al adil al ayyubi, percetakan unag fulus tersebut dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus untuk setiap dirhamnya.
5. Bidang Militer
Pada masa pemerintahan salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya diperkuat oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia juga membangun tembok kota di kairo dan muqattam sebagai benteng pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda pedang dan panah dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu adanya perang salib membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan dan intelektual misalnya dengan adanya irigasi.
6. Bidang Kebudayaan
Salahuddin al ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu perayaan hari lahir nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau  maulid. Maulud atau maulid ini berasal dari kata milad yang berarti tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang tahun. 
D. Tokoh Ilmuwan Muslim dan Kontribusinya terhadap Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah
Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:
1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa).
2. Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih.
3. Syamsudin Khalikan, ahli sejarah.
4. Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah.
5. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu.
6. Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir.
7. Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.
8. Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masih terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “ Management Of The Drug Store”.
9. Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib al Mutanabbi. 
Merekalah sejumlah Ilmuwan Muslim yang berkontribusi besar terhadap kemajuan peradaban Islam yang patut kita hargai sekarang.
E. Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah untuk Masa Kini dan Yang Akan Datang
Shalahuddin al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib, dan dalam membentengi umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber untuk pembangunan masjid, pembuatan sekolah gratis kepada siswa muslim yang tidak mampu, dan pemberian sandang pangan bekas namun masih layak pakai. Sikap seorang negarawan yang tegas dan berani sepertinya patut dicontoh apalagi pada saat sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Seperti sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok. Rasa yang sangat mengutamakan pendidikan dan pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan pada setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan modal utama untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga mendapat tempat yang sama pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama dan hukum-hukum Islam.
Melihat perjuangan yang sangat heroik dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah kita berusaha dengan tekad dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya kristenisasi tidak akan berkembang lagi, dan Islam juga tetap konsisten di zaman yang sudah modern sekarang. Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini justru hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral dan akal. Peran dalam bentuk non fisik inilah apalagi di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang terkadang memperlemah semangat keimanan umat Islam. Maka dari itu, sebagai langkah awal yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW menjadi sangat penting. 
F. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Ayyubiyah
Setelah al-Kamil meninggal pada tahun 635 H/1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh pertentangan-pertentangan internal. Serangan salib ke-6 dapat diatasi, dan pemimpinnya, Raja Perancis St Louis, ditangkap, namun segera setelah meninggalnya Ash-Shilah, pasukan budak Bahri Turki merebut kekuasaan di Mesir dan menjadikan pemimpin mereka, Aybak, mula-mula sebagai Atabeg  dan kemudian sebagai Sultan pada tahun 648 H/1250 M. Pada tahun 612 H/ 1215 M Al-Adil mengirimkan cucunya yang masih muda, Al-Mas’ud Salahuddin, bersama seorang Atabeg untuk memerintah Yaman, tetapi Ayyubiyah tidak sanggup berbuat apa-apa disana, dan wilayah itu beralih ke tangan bekas abdi mereka, Rasulliyah Turki (Bosworth, 1980 : 86-87).
Keruntuhan Ayyubiyah ini terjadi di dua tempat, di wilayah barat Ayyubiyah berakhir oleh serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan Mongol. Dengan demikian berakhirlah riwayat Ayyubiyah oleh dinasti Mamluk. Dinasti yang mampu mempertahankan pusat kekuasaan dari serangan bangsa Mongol (www.sejarahislam.com). 
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salahuddin Al-Ayyubi atau lebih dikenal oleh dunia barat dengan sebutan “Saladin”, merupakan seorang pejuang Islam yang tersohor yang lahir pada tahun 532 H atau 1138 M di Tikrit, bagian Tebing Barat Sungai Tigris, terletak antara Mousul dan Baghdad.
Beliau adalah seorang sultan yang penuh dengan sifat penyayang dan belas kasih, bersahaja dan sholeh. Beliau adalah orang yang senantiasa rela berkorban demi kepentingan orang banyak. Bahkan hingga akhir hayatnya pun beliau tidak memiliki apa-apa selain 1 dinar dan 47 dirham, beberapa jubah perang, dan seekor kuda yang tidak cukup untuk membiayai pemakamannya. Tidak ada harta beliau yang mencapai batas nisab untuk dizakati karena harta beliau habis dipakai untuk menegakkan Agama Islam.
Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang sangat mementingkan toleransi, orang-orang Yahudi dan Nasrani diiznkan tinggal dengan damai di Tanah Suci Al-Quds Yerussalem dan mengizinkan mereka melakukan ziarah sesuai keyakinannya masing-masing.
Beliau juga sangat mementingkan pendidikan. Beliau yang berhasil menghapus faham Syi’ah dari Fatimiyyah melakukan internalisasi faham Sunni di Mesir dengan langkah awalnya adalah menciptakan Universitas Al-Azhar yang baru berfaham Sunni. Beliau juga mendirikan madrasah-madrasah yang menjadi tempat penyebaran syari’at-syari’at Islam Suni.
Tujuh kata mutiara dari Beliau yang sangat menginspirasi adalah :
1. Saya meminta kekuatan, dan Allah memberi saya kesulitan untuk membuat saya kuat.
2. Saya bertanya tentang kebijaksanaan, dan Allah memberi saya masalah untuk diselesaikan.
3. Saya meminta untuk kemakmuran, dan Allah memberi saya tenaga untuk bekerja.
4. Saya meminta keberanian, dan Allah memberi saya bahaya untuk diatasi.
5. Saya meminta cinta, dan Allah memberi saya orang-orang yang bermasalah untuk dibantu.
6. Saya meminta nikmat, dan Dia memberi saya peluang.
7. Saya tidak meminta apa-apa untuk diri saya, tetapi saya menerima semua apa yang saya butuhkan.
Dinasti Ayyubiyah sendiri memiliki pengaruh dalam peradaban Islam, terbukti banyaknya peninggalan dan warisan-warisan kebudayaan dan ilmu-ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh ilmuwan muslim pada saat itu.
Selain itu Dinasti Ayyubiyah juga menjadi sorotan utama kaum-kaum Barat yang dinilai peradaban yang sangat luar biasa terutama di Mesir. Hal ini pula lah yang terus menjadi pemicu perebutan kekuasaan baik dari kalangan internal para pemimpin Dinasti Ayyubiyah maupun kalangan eksternal pasukan Salib.
Dinasti Ayyubiyah mengalami kemunduran yang cukup signifikan dikarenakan konflik antar pemimpin di bagian-bagian wilayah Dinasti Ayyubiyah cukup panas hingga akhirnya mengalami kehancuran. Selain itu juga disebabkan oleh perpecahan dan pertumpahan darah di dua tempat, di wilayah barat Ayyubiyah berakhir oleh serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan Mongol.

3.2 Kritik dan Saran
Demikianlah makalah yang telah saya susun, tentunya dalam hal ini masih banyak kekurangan, saya harap makalah ini dapat menambah wawasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
Buku :
Suntiah R. dan Maslani. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Interes Media.
Website :
http://agunggumilar001.blogspot.com/
http://duniamakalah88.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Salahuddin_Ayyubi
http://indraazzikra.blogspot.com/
http://irfanirsyad.wordpress.com/
http://johneox.wordpress.com/
http://titanafiannisa.blogspot.com/
http://windarisri98.blogspot.com/
http://www.islamquest.net/id/
http://zudi-pranata.blogspot.com/
Film :
Khalifah Trans 7, Sabtu 13 Juli 2013, Salahuddin Al-Ayyubi, Trans7, TransCORP (sumber dari www.youtube.com)
Monahan William dan Ridley Scott.Kingdom of Heaven. 2005. Amerika Serikat :20th Century Fox



0 komentar:

Posting Komentar

Kumpulkan Poin dan Dapatkan Hadiahnya! Buruan Klik!

Entri Populer

Blog Archive