Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai
“Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku
nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi mereka tidak mampu melayani
tantangan itu.
[1]
Dalam Al-Qur’an
sendiri Allah Swt. menyuruh Nabi Muhammad Saw. untuk menantang kaum yang tidak
percaya dengan Al-Qur’an untuk mendatangkan bahkan satu surat saja yang bisa
menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an. Namun, dalam hal yang luar biasa
adalah Allah tidak hanya menantang satu orang saja, melainkan Allah menantang
apa dan siapa saja selain Allah untuk membantu si penentang itu mendatangkan surat
yang sama, dan hal itu mustahil dilakukan. Firman Allah Swt. dalam Q.S.
Al-Baqarah : 23
وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبِ
مِمَّا نَزَّلْنَا عَلىٰ عَبْدِنَا فَأتُوْا بِسُوْرَةٍ مِنْ مِثْلِه وَادْعُوْا
شُهَدآءَ كُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ (البقره : ٢٣)
“
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan
kepada hamda Kami (Muhammad), buatkanlah satu surat (saja) yang semisal
Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolong selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar.” (Q.S Al-Baqarah : 23)
Adapun kemukjizatan yang menjadi bukti keotentikan Al-Qur’an
penulis merangkum dalam berbagai hal berikut :
1.
Gaya Bahasa
Al-Qur’an adalah kitab yang memiliki gaya bahasa yang sangat luar
biasa. Kehalusan bahasanya membuat banyak manusia tertarik untuk masuk Islam.
Contohnya adalah Umar bin Khattab, beliau yang mulanya dikenal sebagai sosok
yang paling benci terhadap Nabi Muhammad Saw. dan bahkan sangat haus untuk
membunuhnya karena kebenciannya itu, mendapat hidayah dan masuk Islam karena
mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca oleh adiknya tatkala ia
mengaji.
2.
Susunan kalimat
Susunan kalimat dalam Al-Qur’an juga dapat dikatakan mukjizat.
Pasalnya, meski Al-Qur’an, Hadits Qudsi dan Hadits Nabawi sama-sama keluar dari
lisan Nabi Muhammad Saw., namun uslub (style) atau susunan bahasanya jauh
berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan
dengan dua lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah. Di dalam
uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada
ucapan manusia.[2]
Dapat kita lihat contohnya dalam Q.S Al-Qari’ah : 5 bahwasanya
Allah Swt. berfirman:
وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَا
لْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ (القارعة : ٥)
“
Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (Q.S Al-Qari’ah
: 5)
Bulu yang dihambur-hamburkan sebagai gambaran dari gunung-gunung
yang telah hancur lebur berserakan bagian-bagiannya.[3]
Hal ini jelas merupakan kata yang easy listening, mudah dipahami dan
mengandung majas yang sangat indah untuk dibaca.
3.
Hukum Ilahi yang Sempurna
Al-Qur’an
merupakan dasar tasyri’ yang paling kuat dan otentik dikarenakan adalah Khitob
Allah yang mulia sehingga tidak diragukan ada kecacatan dalam redaksinya.
Al-Qur’an berisi pokok-pokok ajaran berupa aqidah, norma-norma keutamaan, sopan
santun, undang-undang ekonomi politik, sosial dan kemasyarakan, serta
hukum-hukum ibadah.[4]
Hukum
yang berlaku dalam Al-Qur’an sebagian memang ada yang bersifat sementara dan
tidak universal, maka dari itulah ada Nasikh-Mansukh dalam Al-Qur’an
sehingga tidak terjadi kejanggalan dalam penetapan hukum yang bersumberkan pada
Al-Qur’an karena Allah mengajarkan manusia apa-apa yang benar dan tidak
mengajarkan manusia apa-apa yang salah (ajaran yang sempurna).
4.
Ketelitain Redaksinya
Satu lagi hal yang tidak kalah penting yang menjadi mukjizat dalam
Al-Qur’an adalah ketelitan redaksinya, yakni Al-Qur’an mencantumkan ayat-ayat
yang terintegrasi satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah ayat yang
membahas tentang Al-Hayat (hidup), adalah sama jumlahnya dengan ayat yang
membahas tentang Al-Maut (mati), yakni sebanyak 145 kali disebutkan dengan
cermat dalam Al-Qur’an.
Adapun selain contoh tadi, penulis merangkum kemukjizatan dalam
redaksi ayat Al-Qur’an ini sebagai berikut :
a.
Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
1) Al-Hayat
(hidup) sama jumlahnya yakni 145 kata dengan lawannya Al-Maut (mati).
2) An-Naf
(manfaat) sama dengan Al-Madharah (mudarat) sebanyak 50 kali disebutkan.
3) Al-Har
(panas) dengan Al-Bard (dingin) yakni 4.
4) Ath-Thuma’ninah
(kelapangan/keterangan) dan Al-Dhia (kesempitan/kekesalan) adalah 13.
5) Ar-Rahbah
(cemas/takut) dan Al-Raghbah (harap/ingin) adalah 8.
6) Al-Kufr
(kekufuran) dan Al-Iman (iman) dalam bentuk definite adalah
masing-masing 17.
7) As-Shayf
(musim panas) dan Asy-Syita (musim dingin) disebutkan dengan sama jumlahnya satu kali.
b.
Keseimbangan
jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
1)
Al-Harts
dan Az-Zara’ah (membajak/bertani) sama-sama disebutkan 14 kali.
2)
Al-‘Ushb
dan Adh-Dhurur (membanggakan diri/angkuh) 27 kali.
3)
Adh-Dhalum
dan Al-Mawta (orang sesat/mati “jiwanya”) 17 kali.
4) Al-Qur’an,
Al-Wahyu, dan Al-Islam (Al-Qur’an, wahyu dan Islam) masing-masing 70 kali.
5)
Al-‘Aql
dan An-Nur (akal dan cahaya) 49 kali.
6)
Al-Jahr
dan Al-‘Alaniyah (nyata) 16 kali.
Masih banyak lagi sebetulnya keajaiban-keajaiban redaksi yang
menjadi mukjizat dalam Al-Qur’an yang sangat apik Allah sebutkan dalam
firman-Nya itu. Seperti keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah
kata yang menunjuk kepada akibatnya, contohnya adalah Al-Kafirun (orang-orang
Kafir) dengan An-Nar/Al-Ahraq (neraka/pembakaran) masing-masing disebutkan 154
kali. Juga keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan penyebabnya,
contohnya adalah Al-Asra (tawanan) dengan Al-Harb (perang) masing-masing
disebut 6 kali. Adapun keseimbangan-keseimbangan khusus semisal kata Yaum
(hari) dalam bentuk tunggal adalah sejumlah 365 kali disebut sebagaimana jumlah
hari dalam setahun, dan masih banyak lagi.
5.
Berita tentang hal Ghaib
Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al-Qur’an itu adalah
berita-berita gaibin Fir’aun, yang mengejar nabi Musa As., diceritakan dalam
Q.S Yunus : 92 :
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيْكَ
بِبَدَنِكَ لِتَكُوْنَ لَمِنْ خَلْفَكَ اٰيَةً …
“ Dan pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu….” (Q.S. Yunus : 92)
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Fir’aun tersebut akan
diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak
seorang pun mengetahui hal tersebut, karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun
S.M. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1898, ahli purbakala Loret
menemukan di lembah raja-raja Luxor yang bernama Muniftah dan yang pernah
mengejar Nabi Musa As. Selain itu, pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith
mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Fir’aun
tersebut. Apa yang ditemukannya adalah salah satu jasad utuh, seperti yang
diberitakan Al-Qur’an melalui Nabi yang ummy (tidak pandai membaca dan
menulis).[5]
Adapun kasus lain adalah ramalan tentang perang yang terjadi antara
Romawi dan Persia yang dijelaskan melalui Q.S Ar-Rum : 1-5. Dalam hal ini ada
dua poin penting, yakni :
Pertama, Romawi akan
menang atas Persia pada tenggang waktu yang diistilahkan Al-Qur’an dengan
“Bidh’i Sinin” yang diartikan dengan beberapa tahun.
Kedua, saat kemenangan
tiba, kaum muslim akan bergembira, bukan saja dengan kemenangan Romawi, tetapi
juga dengan kemenangan yang dianugerahkan Allah.
Ternyata, pemberitaan itu benar. Karena sejarah menginformasikan
bahwa tujuh tahun setelah kekalahan Romawi terjadi lagi peperangan antara kedua
adikuasa tersebut, dan kali ini pemenangnya adalah Romawi.[6]
6.
Isyarat-Isyarat ilmiah
Hal yang tidak kalah hebatnya dari mukjizat Al-Qur’an adalah adanya
bukti-bukti ilmiah yang tercantum dalam Al-Qur’an yang diturunkan pada abad
ke-14 Masehi ini yang dibuktikan pada zaman modern sekarang. Hal ini sangat
membuat takjub para ilmuwan Barat dan sebagian dari mereka mendapat hidayah
memeluk agama Islam.
Adapun beberapa isyarat ilmiah yang tercantum dalam Al-Qur’an
antara lain :
a.
Cahaya
matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan (Q.S
Yunus : 5)
b.
Kurangnya
oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas. (Q.S. Al-An’am : 125)
c.
Perbedaan
sidik jari manusia. (Q.S Al-Qiyamah : 4)
d.
Aroma/bau
manusia berbeda-beda. (Q.S Yusuf : 94)
e.
Masa
penyusuan ideal dan masa kehamilan minimal. (Q.S Al-Baqarah : 233)
f.
Adanya
nurani (superego) dan bawah sadar manusia. (Q.S Al-Qiyamah : 14-15)
g.
Yang
merasakan nyeri adalah kulit. (Q.S An-Nisaa : 56)[7]
Wallahu’alam…
[1] M.
Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1997, hlm.23.
[2]
Subhi Shalih, mabahits fi ‘Ulum Al-Quran, Dar Al-‘Ilm Al-Malaya, Beirut, 1998,
hlm.230.
[3]
Prof. Dr. Rosihon Anwar, Ulum Al-Quran, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.194.
[4] Ibid.
[5] M.
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Mizan, 1922, hlm.31
[6]
Shihab, op. cit.hlm.213-214.
[7]
Rosihon, op. cit.hlm.199-201.
Sangat membantu. Terimakasih
BalasHapus